Dalam bayang abstrak rupamu
Dalam semuanya rindu dan galaunya kalbu
Perjalanan kita...
Telah melewati banyak jalur asmara
Melampaui tikungan kerinduan
sampai pula di tanjakan harapan
Hingga menyeberangi jembatan cinta
Tanpa pembatas marka dusta
Dan menurun laju dalam percaya
Sejenak pernah kita istirahat di halte canda
Menikmati bekal sarapan senyum dan kerupuk tawa
Sejenak melepas lelahnya touring pernikahan
Menanti lampu hijau kesiapan menyala
Lalu melaju lagi dalam kecepatan doa
Mengikuti rambu-rambu sutradara
Demi mencapai tapal batas tujuan
Maka kerikil dan debu jalanan sekedar jadi iklan
Pelukan eratku menambah cepat putaran roda
Kemanapun kau bawa aku pergi
Selama itu bukan berhenti
Atau mengulangi jalan yang pernah kita lewati
Maka aku selalu di belakangmu
Bersandar di punggung lapangmu
Dan kubiarkan angin menerpa rambutku
Dan kubiarkan tangan kirimu
Menggenggam jemariku
Karena ....
Aku damai dalam kebersamaan denganmu
Tahukah kamu
Telah lama tak kudendangkan puisi untukmu
Bukan karena kamus bahasa semua bangsa
Telah kehabisan kata-kata cintanya
Bukan pula detak jantungku berhenti
Denyutkan kerinduan untukmu
Tetapi ...
Semua rasa ini telah kuwakilkan pada udara
Hingga ia sampaikan kapan pun, dimana pun kau berada
Dalam tidur....dalam terjaga
Maka selama dadamu bernafas
Aku ada dalam dirimu
Dan tenanglah jiwamu
Sampai sujud syukur malam pertama kita
Agar bisa kubisikkan padamu tentang ...
"Kapan Tuhan cipatakan CINTA
(oleh: Taufik Van Nilli)